Banyak yang mengatakan jika ikhlas sebagai bentuk untuk membersihkan amalan dari memperoleh pandangan yang baik di mata manusia maupun perhatian, tidak peduli walaupun semua penghargaan dan penghormatan tersebut hilang pada dirinya, tidak senang saat amal yang dijalankannya mendapat perhatian dari orang-orang meskipun perbuatan tersebut sederhana.
Ikhlas tak dapat dihitung sebab hanya ada di dalam hati masing-masing orang, hanya Allah SWT yang bisa mengetahuinya. Ikhlas juga menjadi sebuah dasar penilaian Allah SWT untuk amalan dari para hamba Nya, mulai dari saat melakukan semua urusan dengan niat yang ikhlas di kehidupan sehari-hari, apa saja bisa bernilai ibadah, seperti bekerja, mencari ilmu, berkeluarga dan lainnya.
Apabila semuanya dilaksanakan dengan niat karena Allah SWT, maka seluruh hal tersebut tidak hanya menjadi rutinitas semata saja. Namun, bisa mendapatkan berkah berupa diterimanya seluruh amalan kebaikan yang telah dilakukan dan menjadi manfaat untuk diri sendiri bahkan orang lain. Ikhlas juga bisa dijalankan dengan meniatkan semuanya untuk Allah SWT. Di bawah ini sejumlah keutamaan dalam Islam yang harus diketahui.
- Perintah dari Allah
“Sembahlah Allah SWT secara tulus dan ikhlas beragama kepada-Nya”. (QS. Az Zumar: 2). Pada firman itu Allah SWT telah memberikan perintah kepada seluruh umat Islam untuk melaksanakan ibadah secara ikhlas, tak mengharapkan jasa atau imbalan serta hal apa pun yang bersifat duniawi.
- Sifat dari para Nabi
Para Nabi dan Rasul berkhotbah mensucikan ketaatan dengan mempraktikkan agama Allah yang benar, menerima dan mematuhi semua perintah Allah dengan benar ketika mereka diuji. Rasulullah bersabda: “Allah tidak akan menerima amal kecuali jika dilakukan dengan ikhlas hanya untuk mencari keridhaan Allah.” (HR Abu Daud dan Nasa’i). Sebagai umat Islam, kita harus meneladani keikhlasan yang dicontohkan para nabi.
- Syarat diterimanya ibadah
“Sebutkan shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, sesungguhnya hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Surat al-Bayyinah: 5). Allah SWT tak akan menghitung sebanyak apa atau berapa seringkah hamba-hamba-Nya melakukan perbuatan baik, tetapi seberapa dalam keikhlasan mereka.
- Cermin hati umat Islam
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa atau hartamu, tetapi Dia melihat hati dan perbuatanmu.” Tuhan membedakan derajat manusia menurut hatinya, segala sesuatu yang berhubungan dengan fisik hanyalah urusan duniawi, dalam hidup yang kekal yang bisa diberikan adalah amal kebajikan.
Orang yang beritikad baik akan bekerja dengan sepenuh hati tanpa bermalas-malasan, apalagi mengkritik, juga tidak akan merasa senang ketika orang mengkritiknya, juga tidak akan merasa benci ketika orang mengkritiknya karena dia hanya menginginkan pandangan yang baik tentang Tuhan.
- Dasar amal perbuatan manusia
Amal yang telah diperbuat dilakukan dengan tubuh yang terlihat dan dengan hati, yang hanya Tuhan yang tahu. Keikhlasan ada di hati manusia, jika dia memiliki pohon (politik) yang baik maka pahala yang baik diterima dan sebaliknya, seperti yang dikatakan ulama berikut Ibnu Qayyim: “Amalan hati adalah pohon dan amalan ranting-rantingnya. adalah penerus dan Penyempurna.” (Badai’ul Fawaid 3/224).
- Ditakuti para setan
“Aku (Setan) akan menipu kecuali hamba yang shaleh dari hamba-Mu (Allah).” (Surat al-Hijr: 40). Jelas dari ayat-ayat Al-Qur’an bahwa orang yang berhati ikhlas tidak mungkin tergoda oleh setan, sehingga selalu terdapat jalan yang benar.
- Merasakan hati yang lapang
Salah satu prioritas ikhlas adalah memiliki tempat di hati Anda, yang merupakan cara untuk meningkatkan moral. “Barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan menciptakan kekayaan di dalam hatinya.” (HR dalam Tirmidzi).
- Sebagai amalan yang bernilai besar
Berapa banyak perbuatan kecil yang menjadi besar dengan niat (ikhlas karena Allah) dan berapa banyak perbuatan besar yang menjadi kecil hanya karena niat (bukan karena Allah SWT). (HR. Imam Muslim). Karunia Tuhan tidak perlu kurang, pergunakan yang sedikit yang kita miliki untuk berbuat baik dengan niat yang tulus di jalan Allah SWT.
- Tidak tergoda nafsu duniawi
Sucikan diri dengan ikhlas dari keinginan duniawi yang terlihat dan tersembunyi, sucikan diri dari godaan setan dan segala unsur penyakit hati seperti riya’, rakus, kesombongan dalam Islam, kegilaan harta atau pangkat, dan lain-lain, karena beribadah hanya taat kepada Allah SWT dan ingin selamat di akhirat nanti.
- Terselamatkan dari neraka
“Maukah kami ceritakan kepadamu tentang orang-orang yang paling banyak ruginya dalam perbuatannya, yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya?” (Surat al-Kahfi: 103104).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang selalu menghitung amalannya dan mengira memiliki banyak rezeki di akhirat, telah melakukan perbuatan yang sia-sia karena menunjukkan bahwa mereka tidak bertakwa dan menyombongkan kebaikannya dibandingkan dengan orang yang ikhlas tidak akan menghitung berapa banyak dia. melakukannya, tetapi ia selalu merasa kekurangan dan memperbaiki diri dan niat hatinya agar Allah menjauhkannya dari api neraka.