syabab.com – Saat waktu salat tiba, khususnya salat Maghrib, sering muncul pertanyaan: manakah yang harus didahulukan, makan atau salat? Apalagi ketika adzan berkumandang dan makanan sudah terhidang. Dalam kondisi seperti ini, apa yang sebenarnya dianjurkan oleh Rasulullah SAW?
Pertanyaan ini tidak hanya relevan di bulan Ramadhan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan mengulas jawaban berdasarkan hadis-hadis shahih dan penjelasan ulama, agar kita memahami dengan benar adab dalam mengatur waktu makan dan salat.
Hadis Rasulullah: Dahulukan Makan Jika Sudah Siap
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila makan malam telah dihidangkan dan salat sudah didirikan, maka dahulukanlah makan malam.”
(HR. Bukhari no. 673 dan Muslim no. 557)
Hadis ini menjadi dasar utama bahwa jika makanan telah tersedia dan kita dalam kondisi lapar, maka makan lebih diutamakan daripada segera melaksanakan salat. Hal ini bertujuan agar seseorang dapat menjalankan salat dengan khusyuk dan tanpa gangguan rasa lapar.
Kenapa Makan Didahulukan?
Ada beberapa alasan mengapa Rasulullah SAW menganjurkan mendahulukan makan dalam kondisi tertentu:
- Agar salat lebih khusyuk
Salat membutuhkan kekhusyukan dan fokus. Jika seseorang dalam keadaan sangat lapar, pikirannya akan teralihkan dan salat menjadi tidak maksimal. - Menjaga kesehatan fisik dan mental
Islam adalah agama yang memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan spiritual dan jasmani. Tubuh yang lapar bisa membuat seseorang lemas dan sulit berkonsentrasi dalam ibadah. - Menghindari terburu-buru dalam ibadah
Bila seseorang terburu-buru menyelesaikan salat karena ingin segera makan, kualitas ibadah bisa menurun. Islam tidak menghendaki salat yang tergesa-gesa.
Apakah Ini Berlaku untuk Semua Salat?
Menurut para ulama, anjuran mendahulukan makan ini berlaku terutama untuk salat Maghrib, karena waktunya singkat dan sering bertepatan dengan waktu makan malam. Namun, prinsip ini bisa diterapkan untuk salat lainnya jika kondisi serupa terjadi.
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa anjuran ini berlaku apabila makanan sudah tersedia dan perut dalam kondisi lapar. Jika tidak lapar atau makanan belum siap, maka tentu saja salat harus didahulukan.
Bagaimana Jika Waktu Salat Hampir Habis?
Satu hal penting yang perlu dicatat adalah jangan sampai makan menyebabkan kita meninggalkan salat atau melewatkan waktunya. Islam tetap mewajibkan salat dalam waktunya. Jadi, jika waktu salat sudah sangat sempit dan berisiko terlewat, maka salat harus segera dilakukan, bahkan jika makanan sudah di depan mata.
Kesimpulan: Utamakan Makan Jika Lapar dan Makanan Siap
Berdasarkan hadis dan penjelasan ulama, jawaban Rasulullah SAW sangat jelas: jika makanan telah dihidangkan dan kita merasa lapar, maka makan lebih didahulukan sebelum salat, agar salat bisa dilakukan dengan khusyuk dan tenang.
Namun, hal ini berlaku selama tidak membuat salat keluar dari waktunya. Artinya, tetap ada batasan yang harus dijaga.
Penutup
Islam selalu mengajarkan keseimbangan antara ibadah dan kebutuhan hidup. Dengan memahami tuntunan Rasulullah SAW, kita bisa menjalankan agama dengan lebih tenang dan tepat. Jadi, saat adzan berkumandang dan makanan siap terhidang, lihatlah kondisi kita—jika lapar dan makanan sudah ada, makanlah dahulu, lalu salat dengan tenang.