syabab.com – Halal bihalal adalah tradisi khas Indonesia yang identik dengan momen Idulfitri. Di balik tradisi ini, terdapat nilai-nilai luhur Islam, khususnya mengenai pentingnya menjaga dan mempererat persaudaraan. Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang menekankan pentingnya ukhuwah atau persaudaraan, yang menjadi landasan spiritual bagi praktik halal bihalal. Artikel ini akan membahas makna persaudaraan dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang relevan dengan tradisi halal bihalal dan bagaimana hal tersebut dapat memperkuat hubungan antarmanusia.
Asal-usul Halal Bihalal
Istilah “halal bihalal” tidak ditemukan secara langsung dalam Al-Qur’an maupun hadis. Namun, makna yang terkandung dalam tradisi ini memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam, terutama dalam perintah untuk saling memaafkan dan mempererat tali silaturahmi. Secara bahasa, halal bihalal dapat dimaknai sebagai proses saling menghalalkan, yakni saling memaafkan kesalahan satu sama lain.
Ayat Al-Qur’an tentang Persaudaraan
1. Surah Al-Hujurat Ayat 10
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Ayat ini secara jelas menyatakan bahwa sesama Muslim adalah saudara. Dalam konteks halal bihalal, ayat ini mendorong umat Islam untuk memperbaiki hubungan yang retak, saling memaafkan, dan membangun kembali kedamaian.
2. Surah Ali ‘Imran Ayat 134
“Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134)
Ayat ini menekankan pentingnya memaafkan sebagai bentuk akhlak mulia. Tradisi halal bihalal menjadi momen yang tepat untuk melatih keikhlasan hati dalam memaafkan kesalahan orang lain.
3. Surah An-Nur Ayat 22
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberikan (bantuan) kepada kaum kerabatnya, orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nur: 22)
Ayat ini memberikan motivasi spiritual untuk memaafkan dengan mengingat bahwa Allah juga Maha Pengampun. Dalam halal bihalal, saling memaafkan menjadi langkah awal untuk mendapatkan ampunan Allah SWT.
Nilai-Nilai Persaudaraan dalam Halal Bihalal
Tradisi halal bihalal tidak sekadar bentuk seremonial, tetapi sarana untuk memperkuat ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan bahkan ukhuwah insaniyah (persaudaraan antarumat manusia). Nilai-nilai tersebut sejalan dengan ajaran Al-Qur’an yang menyerukan perdamaian, kasih sayang, dan pengampunan.
Halal bihalal juga mencerminkan semangat rekonsiliasi dan kebersamaan. Dalam praktiknya, tidak jarang halal bihalal menjadi ajang memperbaiki hubungan yang telah renggang, menyelesaikan konflik batin, bahkan menjadi jembatan untuk mempererat hubungan keluarga, tetangga, dan komunitas.
Kesimpulan
Makna persaudaraan dalam Al-Qur’an menjadi fondasi kuat bagi tradisi halal bihalal. Ayat-ayat suci tersebut mengajarkan bahwa ukhuwah harus dijaga, konflik harus diselesaikan dengan perdamaian, dan hati harus dibersihkan dari dendam melalui saling memaafkan. Dalam suasana Idulfitri, halal bihalal bukan hanya budaya, tetapi juga manifestasi nilai-nilai Islam yang luhur.
Dengan memahami makna ini, kita tidak hanya menjalankan tradisi, tetapi juga menghidupkan kembali pesan-pesan ilahiyah dalam kehidupan sosial. Maka dari itu, mari kita jadikan momen halal bihalal sebagai titik tolak untuk memperkuat persaudaraan, meningkatkan keimanan, dan menebar kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari.