syabab.com – Mengaji telah menjadi bagian penting dalam kehidupan umat Islam, terutama di Indonesia. Banyak orang menghadiri majelis taklim, mendengarkan ceramah, dan membaca kitab dengan harapan mendapatkan barokah. Namun, menurut KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, mengaji bukan hanya soal mencari keberkahan. Ada makna yang lebih mendalam yang harus dipahami agar ilmu benar-benar memberikan manfaat bagi kehidupan.
Lalu, bagaimana seharusnya kita memandang proses mengaji? Apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Gus Baha tentang hakikat belajar agama?
Ngaji Bukan Sekadar Rutinitas, Tapi Upaya Memahami Ilmu
Banyak orang datang ke pengajian hanya untuk mengikuti tradisi atau mencari keberkahan dari seorang kiai. Mereka mungkin merasa cukup dengan sekadar hadir dan mendengarkan ceramah tanpa benar-benar memahami isi yang disampaikan. Gus Baha menegaskan bahwa ngaji haruslah menjadi sarana mencari ilmu, bukan sekadar formalitas.
Ilmu agama adalah pedoman hidup yang harus dipahami dengan baik agar bisa diamalkan secara benar. Jika seseorang hanya mendengar tanpa memahami, maka ilmunya tidak akan berkembang dan sulit untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Gus Baha, dalam belajar agama, seseorang harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tidak cukup hanya mendengarkan dan menerima, tetapi juga perlu bertanya, menalar, dan memahami secara mendalam. Seorang santri atau pencari ilmu harus kritis dan mau menggali lebih jauh makna dari setiap ajaran yang dipelajari.
Mengaji untuk Meningkatkan Kualitas Hidup
Dalam berbagai ceramahnya, Gus Baha kerap mengingatkan bahwa ilmu agama bukan sekadar teori yang dihafal, tetapi harus menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan. Mengaji seharusnya berdampak pada cara seseorang bersikap, berpikir, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Jika seseorang rajin mengaji tetapi tetap mudah marah, iri, atau gemar berbuat keburukan, maka ada yang salah dalam cara ia menyerap ilmu. Gus Baha menekankan bahwa ilmu harus membawa perubahan positif dalam diri seseorang, baik dalam cara beribadah maupun dalam interaksi sosial.
Ia juga sering mengutip ajaran para ulama klasik yang menekankan bahwa ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon yang tidak berbuah. Oleh karena itu, setelah belajar, seseorang harus mampu menerapkan ilmunya untuk memperbaiki diri dan memberikan manfaat bagi orang lain.
Kesederhanaan Gus Baha dalam Menyampaikan Ilmu
Salah satu hal yang membuat ceramah Gus Baha begitu menarik adalah gaya penyampaiannya yang sederhana dan mudah dipahami. Ia tidak hanya berbicara dengan bahasa ilmiah yang berat, tetapi juga menggunakan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Gus Baha juga dikenal sebagai ulama yang humoris dan tidak kaku dalam berdakwah. Dengan pendekatan ini, banyak orang lebih mudah memahami ajaran agama tanpa merasa digurui. Beliau selalu mengingatkan bahwa agama adalah tentang kemudahan, bukan tentang mempersulit hidup.
Kesimpulan: Ngaji Adalah Proses Memahami dan Mengamalkan
Dari penjelasan Gus Baha, kita bisa memahami bahwa mengaji bukan hanya tentang hadir di majelis ilmu dan berharap barokah, tetapi lebih dari itu. Ngaji adalah proses mencari ilmu, memahami dengan akal sehat, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang pencari ilmu sebaiknya tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga aktif berpikir dan menelaah setiap pelajaran yang didapatkan. Dengan begitu, ilmu yang diperoleh benar-benar membawa manfaat dan berkah dalam kehidupan.
Semoga kita semua bisa belajar dengan niat yang benar dan menjadikan ilmu sebagai cahaya dalam menjalani kehidupan. Wallahu a’lam.