Korea Utara kembali menuai sorotan dunia internasional setelah melarang pemutaran lagu-lagu rekonsiliasi dan persatuan dengan Korea Selatan. Salah satu lagu yang terkena dampak larangan ini adalah “Our Wish is Unification”, lagu ikonik yang selama bertahun-tahun menjadi simbol harapan penyatuan dua Korea. Keputusan tersebut mempertegas arah kebijakan Pyongyang yang semakin keras terhadap segala bentuk pendekatan damai dari Seoul.
Kenapa Lagu Rekonsiliasi Dilarang?
Korea Utara menilai bahwa lagu-lagu bertema unifikasi tidak sejalan dengan prinsip dan nilai ideologis negara. Menurut laporan media resmi Korea Utara, lagu tersebut dianggap sebagai bentuk “soft power” dari Korea Selatan yang dapat memengaruhi semangat nasionalisme warga Utara. Pemerintah menginstruksikan agar semua institusi pendidikan dan media massa menghentikan pemutaran lagu tersebut.
Kebijakan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Hubungan antar dua negara yang berada dalam status gencatan senjata sejak 1953 ini memang selalu naik-turun, namun larangan terhadap simbol budaya damai ini merupakan langkah ekstrem baru yang mengejutkan banyak pihak.
Simbol Perdamaian yang Kini Hilang
Lagu seperti Our Wish is Unification bukan sekadar musik. Lagu ini kerap diputar pada acara bersama Korea Selatan dan Utara, termasuk saat reuni keluarga yang terpisah karena perang. Larangan ini menandakan bahwa pendekatan lunak dalam diplomasi antar-Korea kini tidak lagi mendapat ruang di Korea Utara.
Padahal, pada masa pemerintahan sebelumnya di Korea Selatan, ada upaya besar untuk membangun kembali kepercayaan lewat jalur budaya. Kini, semua itu seakan sirna.
Reaksi dari Korea Selatan dan Dunia
Pemerintah Korea Selatan menyayangkan keputusan ini. Mereka menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk kemunduran dalam diplomasi dan hubungan antarbangsa. Banyak aktivis perdamaian dan organisasi HAM juga mengecam tindakan ini karena dianggap membatasi kebebasan berekspresi masyarakat Korea Utara.
Media internasional menilai larangan ini sebagai simbol nyata semakin tertutupnya rezim Korea Utara terhadap dunia luar. Selain itu, pelarangan ini juga diyakini berdampak besar terhadap upaya diplomasi budaya yang pernah menjadi jembatan komunikasi antar-Korea.
Imbas pada Warga Korea Utara
Untuk masyarakat Korea Utara, terutama yang masih menyimpan harapan akan reunifikasi, kebijakan ini menjadi pukulan tersendiri. Kini, narasi perdamaian benar-benar dihapuskan dari ruang publik. Para guru dilarang mengajarkan lagu tersebut, dan warga dilarang menyimpannya dalam bentuk digital atau fisik.
Kebijakan ini juga mencerminkan kontrol mutlak pemerintah terhadap informasi dan ekspresi budaya. Setiap unsur yang tidak mendukung ideologi negara akan segera dibasmi.
Penutup
Larangan lagu perdamaian dari Korea Selatan mempertegas bahwa Korea Utara tidak lagi membuka ruang kompromi. Simbol-simbol persatuan kini diganti dengan retorika kedaulatan mutlak dan loyalitas pada negara. Di tengah situasi global yang kian kompleks, langkah Korea Utara ini menjadi pengingat bahwa perdamaian selalu membutuhkan komitmen dua arah.